Penyakit Keringat Darah

Diantara kamu mungkin sudah sering mendengar istilah 'berkeringat darah' untuk menunjukkan takar keseriusan kerja luar biasa. Akan tetapi, pernahkah kamu membayangkan istilah itu nyata terjadi, seperti dialami Dora Indrianti Tri Murni?

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat, itu benar-benar mengucurkan darah dari pori-pori kulit kepalanya saat dia lelah atau stres. Darah segar juga kerap mengucur dari selaput mulut, telinga, dan hidungnya.

Kisah bermula pada 2003 silam. Rembesan darah muncul pertama kali di kulit kepalanya, setelah jatuh dari tangga sebuah gedung perkantoran di Batam. Hasil scan menunjukkan, terjadi pembengkakan pembuluh darah di bagian kepala. Tanpa operasi, rembesan darah itu terhenti sekitar enam bulan kemudian.

Kehidupan Dora kembali normal. Sembari menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja keras menghidupi dua adiknya selepas ibunya meninggal. Menjadi tenaga kebersihan, tukang ojek, hingga satpam dijalaninya. "Saya hanya tidur dua jam dalam sehari," ujar Dora kepada VIVAnews, pekan lalu.

Namun, masalah kembali muncul sekitar dua tahun lalu. Darah segar kembali membasahi kulit kepalanya saat otaknya terbebani pikiran terlalu berat. Juga selaput mulut, telinga, dan hidungnya. Dengan kondisi kian parah, ia menjalani perawatan di rumah sakit.

Lebih dari dua pekan lamanya Dora Indrayanti Trimurni dirawat, akhirnya tim dokter RS M Djamil Padang Sumatera Barat belum bisa memastikan penyakit apa sebenarnya yang sejak dua tahun terakhir diidap oleh mahasiswa semester VI Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta tersebut.

Pada hari Rabu 8 Juni 2011, Dora pun diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani perawatan di bawah pengawasan tim dokter Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Dora datang ke Jakarta bersama Warni, ibu tirinya. Beruntung selama dalam perjalanan, dia tidak mengeluarkan darah, tapi hanya mengeluh pusing akibat perjalanan jauh.

"Mulai turun dari bandara agak lemas, tapi setelah diperiksa dokter kondisinya baik," katanya.

Terkait dengan pembiayaan pengobatan di RSCM, Warni menjelaskan bahwa sepenuhnya dibiayai Dompet Dhuafa bagian layanan kesehatan cuma-cuma. Selain itu juga, untuk dokter yang akan merawatnya langsung diserahkan ke dokter bagian poli penyakit dalam.

Sementara Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsing menegaskan pembiayaan untuk pengobatan Dora juga akan ditanggung pemerintah.

"Pasien datang dari Dinas Sosial dengan Jamkesmas yang bagian dari pemerintah juga," ujarnya.

Endang Rahayu Sedyaningsih juga menyatakan penyakit Dora Indrianti Tri Murni kemungkinan besar tidak akan sembuh. Diperlukan perawatan rutin untuk mengatasi kelainan trombosit pasien asal Padang tersebut.

"Tidak ada kata sembuh bagi penyakit ini. Secara berkala, pasien harus menerima transfusi darah," kata Menteri Endang pada konferensi pers di Kementerian Kesehatan, Jumat, 10 Juni 2011.

Menurut Endang, penyakit kelainan darah (trombopaty) yang diderita Dora mirip seperti kelainan darah lainnya seperti talasemia yang membutuhkan perawatan secara teratur.

Dari hasil pemeriksaan sementara, tim dokter mendiagnosis Dora menderita kelainan fungsi trombosit (trombophaty). Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang merawatnya masih berusaha menguak penyebab utama penyakitnya yang tak biasa. Anggota tim dokter, Shupri Effendi mengatakan, hingga kini observasi masih dilakukan.

"Kasus ini penuh kejanggalan. Penyakit yang diderita oleh Dora saat ini menjadi headline untuk dunia kesehatan," ujar dr. Shupri Effendi di RSCM, Jumat 10 Juni 2011.

Beberapa kejanggalan tersebut, lanjut Shupr,i terlihat dari rekam jejak kesehatan Dora yang tampak normal. Namun mendadak ubun-ubunnya mengeluarkan darah. Padahal, lanjut dia, siklus menstruasi Dora normal. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta itu pertama kali menstruasi pada usia 17 tahun.

"Pasien ini (Dora) mengalami menstruasi yang baik di awal, tetapi setelah itu pasien menderita pendarahan pada kulit rambutnya, tetapi kami masih belum memahami kenapa bisa terjadi," kata dia.

Shupri mengakui pemeriksaan penting dilakukan untuk mengecek ada tidaknya kerusakan di pembuluh darah otak. Saat ini timnya juga sedang mengecek jenis kelainan fungsi trombosit yang diderita Dora. Kata Shupri, ada beberapa penyakit atau kelainan dalam trombosit pada tubuh, salah satunya Von Willebrand Diseases (VWD). " Tapi Masih harus dilakukan beberapa pemeriksaan dalam kepala, karena kenapa hanya kepala saja yang keluar darahnya," tegasnya.

Penyebab yang memicu Dora mengalami VWD masih diteliti, pasalnya pada 2003, ia pernah mengeluarkan darah juga dari kepalanya. Sekitar enam sampai delapan bulan kemudian berhenti. Barulah pada dua tahun belakangan, darah tersebut muncul kembali. Saat itu, Dora belum bekerja sebagai pengojek, dan tidak mendapatkan benturan di kepala.

Kasus VWD diakui Shupri bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia meski tidak sebanyak kasus-kasus lain. Kasus tersebut, imbuhnya, dapat disembuhkan asal penyebabnya bisa diketahui.

"Kalau sudah ditemukan penyebabnya baru bisa kita disembuhkan,tapi kalau ini faktor ginetik maka tidak dapat disembuhkan," tambahnya.

Supri sendiri tak bisa memastikan hingga kapan pemeriksaan laboratorium imunologi dapat diselesaikan. Dia dan tim dokter lainnya ingin hasil secepatnya, tetapi terbentur akhir pekan, selain itu juga pihak RSCM tidak memiliki alat canggih dalam meriksa hasilnya. "Tapi jika sudah ada hasilnya baru saya bisa prediksi sebab terjadinya pendarahan pada kepala Dora," tandasnya.

Ada tiga kemungkinan memicu kelainan itu. Pertama, sang ibu mengonsumsi suplemen yang mengganggu fungsi trombosit saat mengandung Dora. Kedua, adanya benturan atau trauma di kepala akibat jatuh beberapa tahun silam. Ketiga, adanya riwayat penyakit lupus. Pelbagai kemungkinan ini masih dalam pemeriksaan laboratorium.